Tag Archives: medan

[E-Book] Bunga Rampai Cerpen, Minggu Ke-VII, Agustus 2012

@Cover VII Agustus 2012

Klik gambar untuk melihat dan mengunduh

E-Book Bunga Rampai Cerpen Mingguan

Minggu ke-VII, Agustus 2012

Periode: 05 – 12 Agustus 2012


Makan Duren Di Malam Hari…Ingat Jupe…

Oleh Very Barus

MARI MAKAN DURIAN…

Sejak hijrah ke ibukota, gue tuh jarang banget makan Durian. Bukan karena nggak suka atau karena harga durian mahal di ibukota. Melainkan karena tiba-tiba saja nafsu makan untuk melahap durian hilang seketika. Jadi kalo dipikir-pikir, bisa dihitung dengan jari tangan deh, berapa kali gue makan durian selama lebih dari 10 tahun tinggal di ibukota…Kalo pun makan durian, tapi tidak seheboh saat di Medan…

Anehnya, setiap gue mudik ke Medan, menu makanan yang masuk ke dalam LIST WAJIB MAKAN yang KUDU-HARUS-MUSTI makan salah satunya adalah DURIAN! Ya, setiap gue mudik ke kampung halaman pasti gue makan durian seperti orang KALAP yang nggak makan. Durian satu buah nggak bakalan cukup deh untuk gue! Jadi kira-kira berapa buah dong…??

Hmm…kira-kira berapa buah ya..? Dua ? Tiga ? NO

Paling banter gue bisa menghabiskan 4 atau 5 buah durian berukuran sedang atau besar! (Mampus dah! Ketahuan deh gimana rakusnya gue kalo sudah ketemu durian Medan). Jadi agenda utama untuk makan durian pada kunjungan ini sudah tersalurkan…

Tadi malam…

Gue dan teman gue menyambangin kawasan GLUGUR BY PASS, kawasan yang terkenal dengan tempat menjajakan durian yang rasanya bisa dijamin top markotop! Soalnya garansinya adalah…kalo rasanya ANYEP atau hambar, si pedagang durian rela mengganti durian anyep tersebut dengan durian yang baru dengan jaminan ENAK GILA! Dan yang makan juga GILA kali ya???? (Gila Durian maksudnya!)

Tadi malam, sambil makan durian…diiringin guyuran hujan yang lumayan deras (jadi teringat lagu JUPE –BELAH DUREN…). Wah, mantab dah!!!! Apalagi kalo sampe si JUPE nari-nari di depan gue sambil melahap durian…Maknyussss…!!!

Jadi, tadi malam gue melaham 4 buah durian berukuran sedang… Rasanya juara deh…!! Harganya juga juara! Satu buah durian yang kalo di jakarta harganya bisa mencapai 35 sampe 50 ribu…tapi di sini hanya 15 ribu saja…!!!

Tadi malam sudah puas makan durian…apakah keinginan gue sudah tersalurkan…????
Jawabnya BELUM…!!!

Karena masih ada beberapa hari lagi di Sumatra Utara…dan masih ada beberapa malam lagi untuk HUNTING durian-durian segar lainnya…

MAU…??????

[]


Tentang Pernikahan Itu

Tulisan sebelumnya : Welcome Hometown

Oleh Very Barus

Tadi malam gue menghadiri acara resepsi pernikahan orang yang pernah dekat di hati gue. Alias mantan pacar gue yang sempat menjalin hubungan…putus-nyambung-putus nyambung (hingga akhirnya putus beneran dan dia berlabuh ke pria lain yang berlanjut ke jenjang pernikahan).

Sebenarnya jujur gue kaget (banget) kalo dia akan menikah. Kekagetan itu muncul saat dia menelpon gue minta doa restu dan minta gue harus hadir ke resepsi pernikahannya. Resepsi yang digelar di sebuah gedung di kota Medan. Kebetulan juga gue sedang berada di Medan (bener-bener semua nggak di rencanakan tapi serasa ditunjukkan jalan untuk bertemu kembali dengannya…meski dalam situasi berbeda).

Flashback dikit

Tahun lalu, gue dengan “C” sebenarnya masih menjalin hubungan. Bahkan bisa dibilang serius. Karena kami sempat berbicara soal ‘pernikahan’. Intinya “C” bukan orang baru di hati gue. Semasa masih kuliah, dia sempat mengisi hatiku selama 4 tahun lamanya. Meski dibumbui putus-nyambung-putus-nyambung (kayak lagu BBB aja ya…). Sampai akhirnya kami benar-benar putus karena lost contact. Gue nggak tau kabar keberadaannya dan sebaliknya, dia nggak tau keberadaan gue.

Waktu berjalan begitu cepat. Gue mengarungi hidup gue di belantara ibukota dengan lika-liku-laki laki yang laku-laku (bukan nggak laku ya…hiks!). Intinya hidup gue bener-bener penuh warna gitu deh. Mulai dari menikah, bercerai dan mau menikah lagi, mau bercerai lagi…(kalo nikah cerai-nikah cerai itu lagu siapa ya…??).

Sampai akhirnya, 2008 lalu gue akhirnya bertemu kembali dengan “C”. Komunikasi terjalin lagi. Semakin dekat dan dekat. Intinya, belajar dari kenakalan masa kuliah dulu, gue komitmen padanya. Kalo mau serius gue mau kok menikahi dia. Asal ada restu dari ortunya. Soalnya masa kuliah dulu, gue pacaran dengan “C” sangat2 ditentang bokapnya. Bahkan sempat ribut dengan bokapnya karena gue dianggap cowok “BADUNG” yang suka merusak anak orang…mainannnnnn kali dirusak!

Dan komitmen itu semakin kuat saat 2009 kami berencana akan menikah (kelak). Pokoknya sudah mengarah ke perbincangan lebih serius deh. Soalnya kalo soal perasaan hati, kami berdua nggak perlu diragukan lagi. Klop!

Tapi, saat hubungan semakin serius, justru kami mengalami cobaan teramat berat. Teror menghujam hubungan kami bak berperang di era penjajahan gitu deh. Tiap hari mendapat serangan teror. Parahnya lagi, bokapnya “C” mengalami sakit keras yang harus bolak-balik berobat ke PENANG dan “C” harus menemani sang bokap berobat…

Masa-masa itulah hubungan kami semakin dipersulit. “C” dipaksa menikah dengan pilihan orangtuanya. “C” curhat sambil menangis tersedu-sedu. Pilihan teramat sulit. Saat bokapnya berharap agar dia cepat-cepat menikah karena kondisi bokapnya sakit parah. Tapi hati kecil “C” sangat menentang pilihan ortunya. Hanya saja, sebagai anak yang sangat SAYANG pada ortu serta desakan keluarga agar dia mengikuti permintaan bokapnya, membuat hubungan gue dengan “C” semakin kayak benang kusut. Nggak jelas mana ujungnya. Konflik-konflik kecil pun terus muncul hingga akhirnya semakin besar dan membesar!

Sampai akhirnya hubungan yang sudah putus nyambung berkali-kali itu bener-bener putus! Kami pun kehilangan komunikasi. Berkali-kali gue menghubungi nomer hapenya tidak ada yang aktif. Dia ganti nomer

Setelah beberapa bulan mengalami kekosongan dan memikirkan keberadaannya. Akhirnya gue menemukan pacar baru lagi. Dan gue pun sudah tidak memikirkan keberadaaannya. Gue yakin kalo kami memang ditakdirkan UNTUK TIDAK BERSAMA…

Time goes so fast

Awal Agustus gue sudah membuat planning pergi ke Medan untuk berbagai urusan. Mulai dari urusan keluarga, kerjaan dan urusan yang selama ini menggantung. Intinya gue berangkat ke Medan 3 Agustus lalu sampai gue menulis Note ini, masih juga di Medan.

Sebelum berangkat tiba-tiba gue menerima telepon dari unknown number. Paling males sebenarnya mengangkat telepon dari unknown. Tapi dengan bijaksananya gue meng-halo-kan telepon tersebut. Dan ternyata suara di seberang telepon adalah suara yang sangat familiar di telinga gue. Kaget?

Jelas! Sempat komplain padanya, kenapa ganti nomer nggak bilang-bilang. Tapi setelah penjelasan panjang lebar, akhirnya gue mengerti kenapa…kenapa…dan kenapanya…

Ternyata telepon tersebut adalah UNDANGAN secara langsung darinya untuk menyuruh gue datang ke acara pernikahannya. Meski sempat speechless, tapi gue tetap menyambut (SOK) bahagia…

“Oiya? Serius nih? Mau menikah sama siapa…?”

Dia pun menjelaskan soal rencana pernikahan tersebut panjang lebar…tapi membuat gue lemes. Dalam hati mikir, kok dia menikah ya…? Tapi hati besarku berucap, ya…bukan jodoh! Mau dipaksa sampe bangkotan juga nggak akan bisa nyatu kalo bukan jodoh!

Perbincangan panjang di telepon pun berujung dengan satu permintaan. ”Kamu harus datang ke resepsi pernikahanku…dan aku minta hadiah dari kamu FARFUM yang sering kamu kasih sama aku waktu itu…”

Hmmm…permintaan yang wajib gue penuhi. Dan gue sempat nanya, kenapa minta parfum itu? Sambil tertawa lirih dia berkata, ”supaya aku terus ingat sama kamu…” (hmmmm…i know what do u feel…).

DAN HARI BAHAGIA ITU TIBA…

Gue datang ala koboy! Gue nggak bawa sepatu resmi dan juga celana formil. Alhasil, gue datang pake kemeja putih berbalut jeans dan converse. Busyetnggak sopan banget sih sebenarnya. Tapi dia juga berpesan, nggak perlu formil-formil amat, yang penting datangnya tulus dan iklas…maka meluncurlah gue dengan koboy leboy…!!! (gue ditemani Dina, sahabat gue dan juga sahabat dekat “C”).

Dina menemani gue selama resepsi.

Hmmgue bener-bener salah tingkah saat gue melihat dia melangkah ke pelaminan bersama pria yang seharusnya posisi tersebut adalah gue. Tapi kenyataannya yang digandengnya adalah pria lain. Saat tatapan mata kami bertubrukan, gue dapat merasakan apa yang sekarang dia rasakan. Kalau dibilang bahagia, gue yakin itu bukan kebahagiaan murni…(tapi gue berdoa semoga dia bahagia…).

TAPI YANG MEMBUAT GUE BINGUNG… Saat resepsi berlangsung, gue tidak melihat kedua orangtua “C”. Yang ada kakak tertuanya dan adik bungsunya. Sempat curiga ada apa gerangan…?? Hingga akhirnya “C” menyamperin gue. Menyalami tanganku dengan erat (erat sekali). Gue tatap matanya yang hampir berkaca-kaca.

Bokap nyokap mana…?” tanya gue.
“Bapak sedang sakit keras. Baru menjalani cuci darah.” Ucap “C” dengan terbata-bata.

Sumpah gue kagetttttt banget. Lemes dan sedih.

“Yang hadir di sini cuma bang Fer dan Duma.” Ucapnya lagi sambil terus memegang tanganku. Sementara dari kejauhan gue melihat suaminya menatap dengan penuh kecurigaan. Whatever lah…yang jelas gue nggak mengganggu hubungan mereka.

Akhirnya, gue mendapat keterangan lengkap dari adiknya, kalau sekarang bapaknya sangat kritis. Tidak bisa meranjak dari tempat tidur untuk menyaksikan hari bahagia “C”. Setiap beberapa hari harus cuci darah permanen. Sehingga mereka harus saling bergantian menjaga bapak mereka…

Hmmm…

Akhirnya gue bisa memahami kenapa “C” menikah dan kenapa pernikahan tersebut terus berlangsung disaat kondisi bokapnya sedang kritis. Demi mengabdi kepada orangtua yang sangat disayanginya, maka pernikahan harus terus berlangsung…urusan hati, hanya dia dan Tuhan-lah yang tau

Selamat menempuh hidup baru “C”… Aku mendoakan kebahagian abadi untukmu dan pasangan hidupmu… Aku juga mendoakan agar Tuhan memberikan muzijat untuk kesembuhan bapak…

Di ujung acara, gue memberikan kado permintaannya. Lagi-lagi matanya berkaca-kaca…dan gue meninggalkan pelaminan dengan sejuta perasaan…sedih, bahagia, haru, hampa dan tetap dengan satu doa… ”bahagia buat “C” dan pasangannya…”

[]

Kisah selanjutnya di : Ternyata Togel Itu Masih Ada Toh..?


Perjalanan Ke Medan

Oleh Very Barus

SEKITAR pukul 4 pagi, gue sudah dibangunkan dengan suara bunyi bel rumah gue berkali-kali. Mata gue bener-bener masih berat banget terbukanya. Rasanya seperti habis nyimeng 10 linting. Tapi karena bunyi belnya semakin tidak sedap di telinga, dengan mata ala ‘Tuti Wibowo’ gue berjalan menuju pintu. Gue intip dulu dari jendela, ada sosok bapak-bapak berdiri. Trus di pinggir jalan gue lihat ada taksi berhenti dengan lampu argometer masih menyala. Langsung deh pintu gue buka…

“Cari siapa pak…?”
“Pesan taksi kan…?”

Gue mikir sejenak. Emang iya sih gue ada pesan taksi. Tapi untuk jam 4.30 nanti. Tapi sakarang masih jam 4 pagi. “Saya pesan taksi jam 4.30, pak?”
“Iya, tapi kebetulan saya lewat sini, jadi sekalian saja saya berhenti.”

Busyet..!! Kerajinan banget nih si bapak. Aku pesan jam 4.30 tapi dia sudah nongol jam 4 pagi. Jelas dia sudah mengganggu tidur gue. 30 menit tidur kan lumayan. Tapi karena sudah ditunggu sama si supir, akhirnya mau nggak mau gue harus bebenah. Cuci muka ala ‘potocopy’. Nggak mungkin kan jam 4 pagi gue harus MANDI. Kerajinan amat!!!

Jam 4.15 pagi

Gue sudah melaju dengan taksi Gema Ripah menuju Bandara Husein Sastranegara Bandung. Ini kali pertama gue melakukan penerbangan dari Bandung. Selama dalam perjalanan ke bandara, mata gue langsung gue pejamkan dan melanjutkan tidur yang ‘Kentang’ tadi…tapi, baru aja merem eh rasanya kok sudah nyampe aja ya…? Biasanya kan kalo ke bandara Soetta butuh waktu yang cukup lama nyampenya. Sehingga kita bisa memulaskan tidur yang tersisa. Kali ini beda! Quickly express banget! Ternyata berangkat dari Bandara Husein seru juga!

Jam.4.30

Gue sudah nyampe di Husein…sudah check in dan boarding. Semua beres dalam hitungan menit. Maklum, pagi itu penumpang masih dikit. Jadi ada sisa waktu 1.5 jam. Gue bingung mau ngapain. Mau minum teh di warung nggak ada yang buka. Alhasil nunggu aja di ruang tunggu sambil mata terus merem-melek-merem-melek gitu. Pokoknya bener-bener mata nyimeng deh! Kalo ada paparazi pasti hasil foto wajah gue mirip MONSTER!

Di ruang tunggu, ada orang ibu duduk dengan gelisahnya. Kalo dari raut wajahnya, gue bisa nebak 100 persen kalo si ibu dari MEDAN. Maklum, karakter wajah petak-petaknya kentara banget. Belum lagi logatnya yang kental sekental susu CAP ENAK! Meski sesungguhnya gue juga asli Medan dan muka juga berkarakter…tapi nggak ada salahnya kan gue mendeskripsikan karakter wajah si ibu tadi…???

Trus, terjadi lah dialog antara gue dan si ibu berwajah ‘gelisah’ tadi (ingat, bacanya pake dialeg BATAK yah…)

“Mau kemana kau mas…?” (cie…gue dipanggil Mas…)
“Ke Medan, bu…”
Bah…sama pulak tujuan kita bah...”
“………” (tanda gue diem aja).
“Naik apa kau, mas…?”
“Air Asia, bu…”
Bahkok bisa sama lagi pesawat kita bah…”
Ya iya lah…Air Asia kan lagi buka rute baru dari Medan ke Bandung dan Bandung ke Medan.“
“Tapi…dari tadi aku lihat orang-orang di sini, tidak ada yang berangkat-berangkat. Apa pesawatnya tidak jadi berangkat…?”
Emang pesawatnya jam berapa berangkat, bu…?”
“JAM ENAM “ (huruf vokal harus kental bacanya)
Lha, ini kan masih jam 5.20, bu…masih ada waktu 40 menit lagi.”
Bah…ternyata masih lama kali ya…”
He em…”

Trus, si ibu sibuk nanya-nanya gue. Di Medan tinggal di mana…sama siapa dan ngapain? (sejujurnya pertanyaannya basi dan tidak sedap).

Tapi lama-lama kok gue terganggu banget ya dengan mulut si ibu? Pertanyaannya kok nggak berhenti-berhenti? Karena mata masih sepet dan udara sedikit dingin, gue cari akal untuk menghentikan perbincangan dengan si ibu. Gue ambil EARPHONE lalu gue tempelkan ke telingaku. Gue nyalain musik dan mata mulai kurapatkan. Eh, ternyata si ibu masih kekeh mau bertanya… “Eh, apa pulak yang kau pake itu?“

Arrrggghhhh…!!! Penting nggak untuk dijawab…?

Pake apa pulak kau itu…? (si ibu ngulang pertanyaannya).
EARPHONE, bu…”
“Apa? ERPON…?”
“IYA…”
“Untuk apa…?”
“Untuk dengar musik, bu…”
“Oooo…ENAK MUSIK nya?”

Argghhhhh…!!!! Bener-bener mengganggu banget bukan? Akhirnya gue to the point sama si ibu.

“Bu, maaf ya, saya mau tidur dulu ya. Masih ngantuk….”
BAHKek mana pulak kau mau tidur. Kan sebentar lagi pesawat berangkat…nanti ditinggal pulak kau!”

Karena bener-bener ngantuk dan terganggu, gue cuek aja dengan celoteh si ibu…TERSERAH ELO DEH BU…!!!!! (jawab gue dalam hati) Zzzz…zzzz….zzzz…zzzz… (Gue pun tertidur sejenak!).

[]

Baca juga kisah selanjutnya : Medan-Lau Sidebuk Debuk-Berastagi


Medan-Lau Sidebuk Debuk-Berastagi

Baca kisah sebelumnya : Perjalanan ke Medan

Oleh Very Barus

Nyampe di Medan (3/8), jadwal gue masih belum ‘ribet’. Hari pertama, langsung menjelajahi pusat kuliner yang ada di Medan. Dari siang sampe malam hari yang dimanjakan mulut terus. Meski perut sudah semakin membuncit..cit..cit.. dan tidak ELOK dilihat. Nggak apa-apa deh, namanya juga liburan. Kalo mikirin perut membuncit kapan menikmati makanan asoy geboy di Medan??? Ntar nyampe Bandung (lagi), perut ini akan disiksa habis-habisan. Setiap hari agenda lari mengelilingi lapangan Sabuga wajib dilakukan. Gempor-gempor dah!!

Makanan pertama yang dicari adalah Mie Rebus di Pagaruyung Kampung Keling. Kawasan yang wajib dikunjungi bagi pelancong. Meski gue bukan tergolong pelancong. Karena gue besar di Medan. Tapi setiap ke Medan, gue wajib mendarat ke Kampung Keling. Karena jajanan wajib dimakan bertaburan di situ. Elo tinggal pilih mau makan apa saja pasti ada (asal pesanannya yang wajar-wajar aja. Jangan pesan steak di situ ya!).

Gue melahap Mie Rebus yang aroma kuahnya bikin lidah langsung menjulur panjang. Kuahnya yang kental dicampur bumbu kacang yang bener-bener crunchy! Selesai makan mie rebus, giliran Lontong Sate Bumbu Kacang (Lonte Bucang) hadir 10 tusuk mendarat ke mulut. Nggak ada basa-basi deh ato sok malu-malu… Jeda 10 menit sambil ngobrol-ngobrol dengan teman dan pedagang di situ (bayangin sejak gue masih SMA sampe sekarang, pedagangnya masih yang itu dan itu saja. Wajar kalo mereka masih kenal dengan sosok gue. Hebat…!!).

Usai makan sate, giliran Martabak Telur menunggu giliran untuk disiksa sama mulutku sebelum masuk ke lambung. Juga minuman Kopi Susu yang enakkk banget. Mungkin Starbuck kalah deh (hehehe). Juga jus MARTABE (Markisa,Terong Belanda)gue sempat ngakak saja mendengar nama-nama istilah minuman yang dibuat mereka. Mulai dari MARTABE, MANDI (teh manis dingin) dll…

Sampai menjelang malam hari, gue digilir oleh teman-teman untuk mendatangi tempat-tempat makan yang ada dalam list ‘WAJIB MAKAN” yang sudah gue catat di BB gue. Malam harinya, kami makan Mie Aceh Titi Bobrok (busyet dah terkenal banget nih tempat). Trus, makan Putu Bambu, Roti Jala dan banyak lagi deh makanan-makanan yang sudah mendarat dengan manis di perut gue.

KEESOKAN HARINYA…

Gue menyelesaikan urusan yang sebenarnya sudah lama menggantung. Urusan yang teramat penting bagi gue. Tapi lagi-lagi berurusan dengan ‘saudara’ tetap ribet ya… Lagi-lagi urusan gue digantung dan bikin gue kesal. Bayangin saja, jika hak Anda yang seharusnya milik Anda malah diambil sama kolega terdekat Anda…?

Karena mumet, gue dan teman-teman yang tidak ada planning kemana akhirnya sepakat pergi ke Berastagi. Mau naik mobil atau naik motor? Tanya teman gue. Dengan semangat 45 gue jawab naek motor. Karena kalo naek mobil rasa adventure-nya nggak nampol. Apalagi jarak Medan-Berastagi cuman 1.5 jam… Naek motor aja dahhhhh…!!!

NYUSSSSSSS……!!!!!!

JAM 6 SORE

Kami mulai rute ke Berastagi. Tujuan utama ke Lau Sidebuk-Debuk. Itu lho, tempat pemandian air belerang (air panas). Penasaran sih. Soalnya beberapa tahun lalu gue sempat mampir ke pemandian air panas ini.

45 menit perjalanan, akhirnya kami nyampe juga di Lau Sidebuk-debuk. Kawasan ini, setelah melewati Pancur Batu dan Sibolangit. Tepatnya dekat Bandar Baru… Kawasan Bandar Baru sangat terkenal dengan kawasan PELACURAN. Karena disini lah banyak disediakan bungalow atau penginapan yang juga menyediakan perempuan-perempuan penjaja seks.

Tapi tujuan kami bukan untuk ke kawasan tersebut, melainkan Lau Sidebuk Debuk. Sayang banget ya, nyampe di kawasan tersebut hari sudah senja. Jadi kawasan indah tersebut tidak bisa diabadikan dengan kamera.

Lalu, kami pun berganti baju untuk berendam. Tapi, apa daya, kekaguman gue berubah dengan kekesalan. Gimana tidak, baru saja hendak merendamkan badan, di tepi kolam tersebut begitu banyak bekas bungkusan makanan dan botol minuman . Jorok bangeth...!!!

Kok bisa ya, mereka-mereka yang datang berkunjung tidak menjaga kebersihan? Buang sampah sembarangan, makan sembarangan dan juga botol-botol kosong berserakan. Melihat pemandangan jorok tersebut gue jadi enggan untuk mandi. Tapi karena dibujuk teman-teman akhirnya gue berendam juga. Pemandian tersebut sama persis seperti di Bandung yang terkenal dengan CIATER (SARI ATER)-nya.

Kawasan tersebut sangat bersih. Dilarang membawa makanan dari luar. Kalau pun membawa makanan dari luar tidak jadi masalah besar, asal sampahnya dibuang pada tempatnya. Begitu juga tempat pemandiannya disediakan cahaya lampu yang cukup terang sehingga terlihat lebih aman. Bukan seperti di Sidebuk Debuk. Cahaya lampu sangat minim di mana-mana… Di ruang ganti saja cahaya lampu tidak ada. Di tempat pemandian juga cahaya lampunya hanya beberapa saja yang hidup.

Selebihnya GELAP…!!! Menyeramkan…!!

Kekesalan berikutnya muncul saat selesai berendam dan mau mandi dan ganti baju. Lagi-lagi bikin gue merinding. Di Kamar mandi gue melihat ada PEMBALUT BEKAS wanita. Wow…!!! Bener-bener disgusting banget! Menjijikkan…!!

Akhirnya, gue keluar dari kamar mandi dan langsung pake baju di luar saja. Busyetttt dasar orang kampung!!! Norak…!!! Ternyata kawasan pemandian Lau Sidebuk Debuk tidak seindah yang gue bayangkan. Tidak indah dan tidak bersih!!! Jorok!!!

LANJUT KE BERASTAGI

Sekitar pukul 8 malam, sebenarnya perut sudah lapar. Tapi karena di kawasan tersebut tidak ada makanan yang menggoda selera, perjalanan kami lanjutkan ke Berastagi. Udara semakin dingin. Maklum, kawasan pegunungan kalo nggak dingin baru edan!

Motor kami lanju untuk mencapai kota Berastagi. Ya, selama 30 menit saja kami sudah nyampe di Berastagi. Hmmm…kalo malam, keindahan kota ini jelas diselimuti malam. Tapi karena perut sudah lapar, kami harus mencari makanan. Untung saja, di pusat kotanya ada PASAR KAGET yang menjual aneka jenis makanan yang SUMPAH enak-enak banget…!!!

Ada Kerang Rebus, Ikan Mas Diarsik (makanan khas orang Karo), Sate Bumbu Kacang (lagi), Ayam Bakar, Gurame dan banyak lagi deh. Yang jelas malam itu perut kami diisi dengan makanan yang bener-bener nikmat banget…!!! Usai makan, kami mulai cari hotel. Sempat nanya kanan kiri ternyata hotel ada persis di depan tempat kami makan tadi. Permalamnya hanya 100 saja!

Oiya, sebelum masuk kamar, kami melihat banyak pedagang Durian. Ngiler juga sih. Tapi si NANDE yang jual Durian-nya bikin kesal. Masak dia menjual dengan harga yang nggak wajar. Perbuah 25 ribu. Sementara di mana-mana harga Durian hanya 10 ribu saja, langsung deh si Nande kami tinggalkan…!!! Masuk hotel dan tidur…!!!!

Keesokan paginya…kami nyari sarapan…lagi-lagi sarapan Lontong dan kue-kue khas daerah. Sebenarnya gue ngidam CIMPA. Tapi nggak nemu-nemu juga. Sampe pulang kembali ke Medan pun gue nggak menemukan makanan kesukaan gue itu…!!

Akhirnya, kami ngider kota Berastagi dengan motor. Foto-foto kawasan yang bagus dan indah… Hmm…Berastagi bener-bener indah banget! Hanya saja, tempat wisatanya tidak dirawat dan dijaga dengan baik. PR tuh buat pemerintah setempat! Harus lebih meningkatkan kebersihan.

Bayangin aja, masak di kawasan Gundaling yang namanya kotoran KUDA bertebaran di mana-mana. Seharusnya kotoran tersebut langsung dibersihkan agar tidak mengeluarkan aroma tidak sedap bagi TURIS. Seperti di Bandung, kawasan yang banyak menyediakan KUDA untuk alat transportasi wisatanya, setiap kuda buang hajatan, para pemilik kuda langsung menampung dan membersihkan tempat kotoran tersebut. Setelah itu disiram pake KARBOL atau pengharum yang bisa membasmi aroma tidak sedap…bijaksana bukan…?? Kenapa tidak ditiru…??

[]

Baca juga kisah selanjutnya : Welcome Hometown


Laronanga

Oleh Adhy Rical

sungai menghampiriku dengan kerang
membacakan sisa usia dan muasal pasal:
ketajaman pedang tak dinilai di medan perang
tapi bekas keringat, ibu jari menebal

lalu sauh menjadi ciuman yang menjanjikan
padahal aku belum bisa mimpi basah
hanya celoteh lorong-lorong air dan sampan
dekat dermaga kecil, pelukan mendadak tumpah

laronanga,
aku hanya ingin menyusuri bibirmu
dan leher kelapa
yang lekuk. sambil membayangkan serdadu mongol
menguntit perempuan berambut kerang
bagai ribuan laron dedaun kenanga
pada garis pipimu, kampung menyipit di bawah belanga

kau menjebakku di unaaha
menimbun mantramantra sabana
tentang lelaki keris yang lahir delapan rebana
lalu menanak kepala perompak dalam bejana

kau boleh membunuhku
setelah melewati sungaimu
tapi sejarah tetap datang dari hulu

Laronanga, 2010