Tag Archives: jambu

[E-Book] Bunga Rampai Cerpen, Minggu Ke-VII, Agustus 2012

@Cover VII Agustus 2012

Klik gambar untuk melihat dan mengunduh

E-Book Bunga Rampai Cerpen Mingguan

Minggu ke-VII, Agustus 2012

Periode: 05 – 12 Agustus 2012


Cinta Buku, Cinta Ilmu

Oleh Syaiful Alim

Hari ini, Jumat pagi, harinya suami istri, kau tidak pergi mencari rizki, dan aku memanjakan diri. Kau membangunkanku pagi-pagi sekali, hari ini hari bersih-bersih: bersih diri, bersih kamar dan bersih rumput liar di sekitar pagar.

Ada yang membuatku semakin takjub bergetar kepadamu: kala bersih-bersih rumahbuku, kau mengambil sebuah buku dan menyapu debu, lalu kau mendudukkanku di kursi merah jambu.

Aku ajarkan kepadamu ilmu mencumbu buku dan kiat merawat buku, kau berkata padaku, seraya menatap mataku begitu dalam. Dan diam-diam aku menuliskan kembali apa yang kau ajarkan. Ilmu lebih kuat melekat jika dicatat. Socrates bersabda, semua manusia menghasrati pengetahuan. Socrates, Aristoteles dan Plato berfirman, jalan menuju kebahagiaan adalah dengan ilmu pengetahuan. Dan sumber ilmu pengetahuan adalah buku; tertulis dan tidak tertulis.

Ilmu mencumbu buku:

  1. Sucikan tubuh dari lepuh keringat dan sucikan rasamu dari benci.
  2. Buka buku dengan menyebut nama Tuhan, pencipta.
  3. Berdolah sebelum dan sesudah, untuk penulis, pengarang atau penyusun buku; jika masih hidup di dunia, doakan semoga tetap menggarap kebun kata, jika telah tiada, doakan semoga bukunya berternak pahala.
  4. Anggap saja dirimu itu bodoh, lapar dan haus di hadapan buku; asah bodohmu, kenyangkan laparmu, puaskan hausmu.
  5. Tulislah apa yang membuatmu terkesan atau yang sesuai dengan perasaan.
  6. Jangan mengumpat dan mencaci isi buku itu sebelum kau usai membaca keseluruhan.
  7. Jangan berprasangka bahwa buku itu tak berguna seusai kau membacanya, barangkali, suatu saat nanti, kau akan membutuhkannya dan mencarinya setengah mati.
  8. Catatlah nama, alamat rumah, alamat dunia maya, nomor ponsel penyusun. Dan jangan lupa amati benar-benar foto penulis yang nampang di buku, kalau ketemu, bisa minta tandatangan bertinta biru.
  9. Tutuplah buku dengan membuka kecupan dan ucapan terima kasih kepada buku atau penulisnya.

Kiat merawat buku:

  1. Cintailah buku seperti kau mencintai dirimu.
  2. Lekaslah berikan pakaian atawa sampul pada tubuh buku. Jangan kau biarkan ia kedinginan dan kepanasan.
  3. Buatkan Ia rumah sederhana, dan kalau banyak dana, kau bisa mendirikan istana, sebagai tanda dan bukti cintamu yang istimewa.
  4. Tandailah ia dengan memberi stempel atau tato, sebagai bukti bahwa ia resmi menjadi milikmu, yang bisa kau gauli sesuai kehendak hati, tanpa ada orang yang mencurigai dan mengawasi.
  5. Bersikaplah lemah lembut dan mesra ketika bercengkerama dengannya. Jangan bertindak kaku dan dungu. Misalnya, membuka lipatan-lipatan tubuhnya dengan keras dan kasar, mencorat-coret tubuhnya dengan pena warna-warni, menggores-gores kulitnya dengan belati. Memang dia adalah seratus persen milikmu, tetapi kalau dia cedera, lecet dan sakit terluka, siapa yang akan menyesal dan kesal? Kau bukan?
  6. Simpanlah buku dalam posisi berdiri pada rumah bukumu. Boleh juga kau simpan dengan posisi duduk, tiduran, miring atau bagaiamana saja, yang penting semakin merangsang dan menantangmu untuk meneguk hikmah dan nikmat darinya.
  7. Jangan memaksakan memasukkan buku di rak dan tas yang telah padat. Takut kalau ia akan ngambek dan merasa sumpek.
  8. Taruhlah wewangian di tubuhnya, supaya kau tambah gairah mendesahya.
  9. Adillah kepada buku-bukumu. Jangan kau tenggelam dalam pelukan buku baru. Ingat! Buku lama juga rindu belaiaan jemari tanganmu. Kau harus merawat buku lama lebih insten dan konsisten. Jangan biarkan kulit buku lama itu mengelupas. Jangan kau biarkan tubuh buku lama itu melepuh. Berilah perawatan lebih ampuh.
  10. Hindarkan kekasihmu, buku, dari hal-hal yang membahayakan keselamatan jiwanya dan mengusik ketenangannya. Musuh buku adalah debu, air, minyak, api, panas matahari atau orang yang sedang sakit hati dan patah hati, takut kalau orang itu meremas-remas, menggilas-gilas, mencabik-cabik, melemparkan buku, bahkan membakarnya, menjadi abu.
  11. Jangan meminjamkan buku kalau si peminjam tidak mau mematuhi rambu-rambu peminjaman. Tega dan relakah kau melihat kekasihmu, buku, dinikmati orang lain, setelah ludes dan tak beres, kemudian dikembalikan kepadamu?
  12. Percayalah bahwa jika cintamu tulus kepadanya, ia pasti akan membalas cinta dan kebaikanmu.

Lalu kau menarik tanganku, aku mencium bau tubuhmu yang harum, kau bunga sekuntum, dengan bunga yang ranum, katamu, nafasku nafasmu naik turun, seperti denyut jantung petani dari menugali kebun. Tak terasa atau aku terkena bisa, nafasmu merambati dahi, pipi, gigi, kemudian yang tersembunyi di sebalik kain merah hati, yang dirimbuni embun dan melati. Sejenak berhenti, kami mendengar samar-samar getar suara adzan dari menara masjid yang tinggi sekali.

“Sayang, sembahyang Jum’ah telah datang. Apa kau tak lekas mengambil wudlu untuk menjenguk Tuhan Maha Penyayang?”

“Tuhan adalah Kau. Aku akan sembahyang Jum’ah di sebilik mihrob-Mu yang basah.”

Kemudian kami menunaikan sembahyang Jum’ah berjamaah. Tanpa tasbih. Tanpa takbir. Tanpa tahmid. Tanpa rukuk. Tanpa sujud. Tanpa ayat suci. Tanpa salam. Karena kami tenggelam dalam samudera cinta. Tak ada surga dan neraka. Hanya cinta.

[]