Oleh Adhy Rical
sungai menghampiriku dengan kerang
membacakan sisa usia dan muasal pasal:
ketajaman pedang tak dinilai di medan perang
tapi bekas keringat, ibu jari menebal
lalu sauh menjadi ciuman yang menjanjikan
padahal aku belum bisa mimpi basah
hanya celoteh lorong-lorong air dan sampan
dekat dermaga kecil, pelukan mendadak tumpah
laronanga,
aku hanya ingin menyusuri bibirmu
dan leher kelapa
yang lekuk. sambil membayangkan serdadu mongol
menguntit perempuan berambut kerang
bagai ribuan laron dedaun kenanga
pada garis pipimu, kampung menyipit di bawah belanga
kau menjebakku di unaaha
menimbun mantramantra sabana
tentang lelaki keris yang lahir delapan rebana
lalu menanak kepala perompak dalam bejana
kau boleh membunuhku
setelah melewati sungaimu
tapi sejarah tetap datang dari hulu
Laronanga, 2010