E-Book Bunga Rampai Cerpen Mingguan
Minggu ke-VII, Agustus 2012
Periode: 05 – 12 Agustus 2012
Oleh Afrilia Utami
Ketika ruang dan kaki langit
segaris, aku tahu kau takkan
mampu lebih dekat menatapku.
Hanya mengikis lara, Membekal
Album laron kaubawa.
Sementara, mungkin Selamanya…
Di dalamnya, tiap ingatan masih
Terikat, tersimpul mati
Di tempat yang masih sama
Di sini…
Di dua kuping mata, terus berbicara
Enggan diam, melupa alpa
Sementara kicau racauan itu mulai sepi
Aku lupa membawa sekarung
Penidur rindu, atau racun serangga untuk
Kuteguk setiap gundah gelapku,
Melayani waktu melulu
Memanja ditidur hariku.
Harapan, mungkin runtut keharusan…
Ingin kujaga ditiap lelapmu
Menemani awal pagi, menutup
Senja menyiang ditiang kebahagiaan,
Ada satu tetap tabu dihidup lajuku.
Bukan hanya pada malam. Ada
Kau, satu kejoraku…
Dan, saat kuterbangun setia di genggammu
Seperti dalam kehidupan kita dahulu
Lalu semua kuasaku jatuh dihadapmu
Aku mampu dan terus percaya
Akan hadir seorang dewa angkasa
Dan itu ada padamu, satu pelangi
Di langitku…
Kita sama diam diraut rindu…
[]
Kolaborasi : Afrilia Utami & Geovan Alviano
( Jakarta-Sydney, Oktober 2010 )
Oleh Hera Hizboel
kembang darimu adalah nyanyian merdu yang menina boboku
kembang darimu adalah matahari yang membangunkan lelap tidurku
kembang darimu adalah puisi yang menggenapi rinduku
kembang darimu adalah musim semi yang membangkitkan segenap hasratku
kembang darimu adalah nyanyian merdu yang mengiringi tarian ku
kembang darimu adalah riak gelombang harapan dan cintaku
kembang darimu mengusik angin dan cuaca negeri sunyiku
kembang darimu adalah langit biru luas terbentang
menatap kembang –kembang itu diam-diam tumbuh perasaan di hatiku. antara keberanian dan ketidakberdayaan. Antara kebimbangan dan keyakinan. antara harapan dan ketidakpastian. antara kesanggupan dan rasa cemas
kembang itu…. mewangi di dasar hatiku
kembang itu…. menjadi kembang bagi jiwaku
kembang itu…. menjelma bintang dan rembulan yang menerangi sajadahku
kembang itu…. menggenapi lantunan zikir-tasbih-dan tahmidku
kembang itu.… menggelegak, menggemuruh, dan melebur di luas semesta-Mu
[]
5 Ramadhan 1431 H
hera
Oleh Hera Hizboel
aku membeku
diguncang rindu saat
pagi menjelang
segera kurengkuh mentari yang ragu
sebab burung-burung enggan menyapa
sungguh
semua hanyalah tentang waktu dan
tentang cuaca yang tak lagi setia
pada musim
juga tentang cakrawala yang
segera lenyap ditelan senja
maka
kuputuskan tetap di sini menantimu
dengan kesabaran tak berujung
dengan hati menggemuruh
dengan pikiran yang terus riuh
oleh percakapan dan harapan
[]
hera-14 Juli 2010
Oleh Afrilia Utami
Berdayun-dayun langkah Diri memapah ilusi khayalan
Ke arah ujung sunyi, mencari sejatinya palung kebenaran
Malam penuh gemintang dan rembulanpun mengambang di angkasa
Ah, mereka melingkar tari di ruas-ruas keheningan
Indah mereka bertari temaram dalam biduan
Kelana merombak penuh kepatuhan, Kau cari arti Dirimu
Setelah bangkit dari ketidakberdayaan, diantara kepolosan
Yang melengket dan tuntutan nafsu duniawi yang merajalela,
Di tempuh kelelahan itu secara sadar melingkar di leher nadi
Mendaki menapaki undakan batu, mengitari bukit-bukit merakit
Sang Elang melayang lincah di Mata Langit
Diceruk yang teduh, kembali aku mengeja penderitaan
Aku menafsir kebahagiaan
Dari sekedar berpotret untuk kenangan
Atau, bersilaturahmi dengan Kelana lain
Aku tanggalkan
Satu per-satu harapan
Sebelum akhirnya hanya menjadi angan
Aku tahan, secarik surat yang berisi 8956 pertanyaan
Diam beradu diantara damar kerinduan
Seperti mengisyaratkan tentang kehilangan
Aku tidak tidur Dua Ratus Tahun
Selayak linglung diri mengejar hari
Aku lupa hari,
Lupa abad
Lupa Waktu
Lupa Tempat
Yang Kutempati
Aku bagai menemukan diri
Disebuah peradaban yang tak ku kenali
Kelana yang lupa ingatan
Bagai gasing mengitari porosnya
Mengingatkan Langkah tersapu tak terarah
“Disana ..
Di tempat yang pernah hilang, digarap kelabu bayang
Aku buat Mizanku
Mencatat hari-hari hilang
Tak terukur tumpuan kerling pijakan
Tak terukur busuk lidah acapkali tersungkur kezhaliman”
18 Juni 2010,
[]
Oleh Adhy Rical
1
Jangan pernah memakai ukuranmu dalam menilai sesuatu. Pakailah menurut ukuran di luar dari dirimu sebab kau akan membutuhkan lebih banyak meter. Kesombongan terbesar dari dirimu bukanlah ketika kau berkata “aku” tetapi ketika kau sulit berkata “kami”.
2
Semakin banyak kau memberi maka semakin banyak kau dapatkan. Semakin banyak kau meminta maka semakin banyak kau kehilangan. Jika kau pandai bersyukur maka kau tak pernah kehilangan.
3
Seorang penjahit hanya membutuhkan benang, gunting, dan kain untuk membuat pakaian tidur kekasihnya sedang pustakawan membutuhkan banyak buku tentang kain, gunting, dan benang untuk memesan pakaian tidur kekasihnya pada penjahit.
4
Perawan akan berkata “peganglah dadaku jika kau tak percaya padaku” sedang perjaka akan berkata “percayalah padaku, aku hanya memegang dadamu”.
5
Guru yang baik akan memberikan buku pada muridnya sedang murid yang baik akan memberikan kayu pada gurunya. Jika murid itu pintar, ia hanya bilang, “kayu ini cocok untuk memukul kepalamu” tapi jika murid itu bodoh, ia akan bilang, “buku itu dari kayu”.
6
Sekali kau mengeluh maka sehari itu harapanmu kandas. Sehari kau berharap maka sekali itu keluhmu kandas. Jangan tanya kenapa ia kandas hari ini tapi tanyalah apa yang membuatnya kandas.
7
Carilah kutu di kepala lalu belajarlah menghitung jari.
[]
Kendari, 2010
ar
Oleh Hera Hizboel
kasihku
engkau jauh
di sebuah negeri tak terjangkau
bahkan oleh angan-anganku
aku terus di sini
menjalani hari dan mimpi-mimpi tak berkesudahan
sebuah mimpi tentangmu yang memelukku
di tengah kabut belantara
derai hujan sore ini
menegaskan kangenku yang terus menggemuruh
membuat imajiku kian jauh
tak terbendung
duhai kekasih
Izinkan aku mencintaimu
dengan cara sebisaku
lewat angan
lewat mimpi
dan lewat harapan
duhai kekasih
Izinkan aku mencintaimu
dengan cara sebisaku
aku janji takkan mengusik
ketenteramanmu
duhai kekasih
aku akan terus mencintaimu
diam-diam
*****
hera 08-07-10