Tag Archives: selimut

Kautanya, Kujawab

Oleh Syaiful Alim

 

Kautanya berapa kupunya selimut

pembalut kalut, kangen melumut.

Aku selalu tidur telanjang, Sayang

supaya kian menghargai kain dan benang.

Kautanya kenapa kusuka luka

tanpa sesuatu apa, ketika diterkam terka.

Aku butuh utuh sentuh aduh

daripada tak sudah seduh sedih.

Kautanya apa kaucinta wanita jelita

seribu depa puja, tak dikekalkan kata.

Sejuta kuberkata, tampan dan jelita

itu telaga juga jelaga kita.

Kautanya apakah kauurung mencintaiku

jika kusuka murung, meraung di ruang kamar.

Ha ha bukankah aku selalu

riang memeluk rindumu yang meriang dan memar.

Kautanya kapan masa depan kita cerah

banyak anak negeri gerah.

Begini saja, jalani masa kini ini

dengan nulis sunyi atau bertani.

Kautanya adakah dada

terima duda, dicerai derai ceria.

Hmm, bibirku seolah panas sebab lada

jawab trauma, belajarlah pada Bunda Maria.

Kautanya siapa aku

Cukup, kukecup dulu bibirmu.

 

[]

Khartoum, Sudan, 2010.


Beberapa Benda Kamar Tidur

Oleh Syaiful Alim

 

(1) Ranjang

Tidurlah, Sayang

di ranjang yang kubangun di dadaku.

Kubisikkan dongeng sangkuriang yang berahi

pada ibunya sendiri.

Sengaja kumatikan lampu

supaya kaumampu membedakan nyala lilin

dan paha angin yang bergetar di ubin kamar.

Tidurlah, Sayang

berenanglah di sungai mimpi

akan kautemui ikan-ikan yang

memasang iklan di sepanjang jalan kota: kami kian renta

sedangkan air entah ke mana. Ambil kami, taruh di akuarium kecil saja.

Tidurlah, Sayang!

aku mau bermain layang-layang

bersama bayang-bayang burung yang terbang.

Tidurlah, Sayang!

 

(2) Sprai

“Kau lebih memilih darah atau gairah?”

“Kau darah dan gairah”

“Hah?”

“Ah”

“Lihatlah gairah merajah merah di kain sprai”

“Jangan kau cuci sprai itu. Biar kian api berahi sepi”

“Okelah kalau begitu. Bantu aku tutup pintu, menepilah di pipi”

 

(3) Piyama

Puas sebatas umpama

Puasa daku peluk mama

Puasi puisi di sebalik piyama

Pisau risau di bilik tak bernama.

 

(4) Bantal

Adakah paling bantal jika kantuk mengental?

Aku dan kau batal memintal kutuk

Eh, ada dada tertusuk duri busuk

Bolehlah kawan besok membesuk.

Adakah paling bantal ketika kata terpental?

 

(5) Selimut

Kenapa tubuh butuh selimut

Supaya selamat dari lumat lumut.

Gigil gagal sebut malam

Selamat tinggal masa silam.

Selama salam tercabut

Kelam menyambut kabut.

 

(6) Parfum

Kau memohon wangi bunga,

pohon teduh penyeduh aduh.

Dusta disita Sinta,

Rama pengadu tuduh.

[]

 

Khartoum, Sudan, 2010.


Malam Tidak Sedang Menangis, Dik…

Oleh Afrilia Utami

Adikku…

bayang gulita masih meredup tak menyisakan

menanti hari-hari diburu mati dinisankan sepi

laku elegi bluri yang hilang lagu

kini hanya kaku membisu bak hilang suara merdu

Lihatlah, sayang…

Purnama itu hilang setengah layang

Langit sana terlalu hitam menajam dan legam

Hanya selimut malam yang kian surut

Dingin dalam raut yang semakin larut…

Dengan bekas-bekas nikotin berkata pelan

Jangan menangis, manis

airmatamu tak mengenal tandus menghumus

kedua matamu masih menghijau dan memukau

sejumlah mendung, tak terbendung

yang mungkin tutupi, setengah serak

jingga dan biru pada gordin kelabu

kau jadikan irama berbisik terbang bahkan menyelam

di meja malammalam yang bermalam pada malam

maka,

cepatlah tertidur…

terpejamlah…

sebelum malam berikutnya menceritakan malam-malam lainnya.

20 Agustus 2010

[]


Tiga Puisi Kecil # 2

Oleh Adhy Rical

Menulis Tubuh

dengan canda kita di sini
menulis tubuh yang tak selesai
lima detik bibirmu lenguh
pecahkan gelas yang kita pakai
minum bersama dalam selimut

Kendari, 2010

[]

Penyetia

hanya malam gigil memanggil
dan dinding gua berbasahan
kaukah yang bertenang itu, penyetia?

Konawe, 2009

[]

Wasiat

jemput aku di pulau ini
dengan kertas dan pena
tujuh senapan membidik tubuhku
besok

Kendari, 2008

[]