Oleh Afrilia Utami
/1/
Seribu hari aku membingkai
Gundah Gulana yang kerap lalai
Mengambang pada detik ketiak
yang Kental dan hambar serupa dahak-dahak
/2/
3726 Menit melumat danau bibir
Bibir-bibir tiada tepi hulu arus mengalir
diantara Bianglala riang memutar liar
Basahan merenung di sudut sokong kamar
/3/
Sembilan Bulan wanita itu mengandung
Nurani yang berasal dari dalamnya nafsu menyelendang
Sayang, Terbunuh oleh api yang melengking
Hingga jasad ronta kelana mengering
/4/
Dua Ribu Sepuluh langkah meratap hilang
Dua Ribu Sepuluh genggam hanya menoreh bayang
Dua Ribu Sepuluh Tatap menjari melukis siluet mati melayang
Dua Ribu Sepuluh Sentuh panas membakar dingin baraArang
RuangCoret, 26 Juni 2010
: 15.35 WIB
[]
Tinggalkan komentar | tags: api, arang, arus, bayang, bianglala, bibir, dahak, danau, detik, gundah, hambar, hulu, jasad, kamar, kental, mati, melukis, nurani, siluet, terbunuh | posted in Sajak & Puisi
Oleh Adhy Rical
Menulis Tubuh
dengan canda kita di sini
menulis tubuh yang tak selesai
lima detik bibirmu lenguh
pecahkan gelas yang kita pakai
minum bersama dalam selimut
Kendari, 2010
[]
Penyetia
hanya malam gigil memanggil
dan dinding gua berbasahan
kaukah yang bertenang itu, penyetia?
Konawe, 2009
[]
Wasiat
jemput aku di pulau ini
dengan kertas dan pena
tujuh senapan membidik tubuhku
besok
Kendari, 2008
[]
Tinggalkan komentar | tags: bibir, canda, detik, dinding, gelas, gua, kertas, malam, menulis, minum, pena, pulau, selimut, senapan, tubuh, tujuh | posted in Sajak & Puisi