Tag Archives: harpa

Ladang Laut, (Tentang Telaga Kembalimu Danau)

Oleh Afrilia Utami

: Bang Ires (seorang kakak yang selalu buatkan adiknya  puisi-puisi yang selalu puisi)

(Izinkan aku bercerita, tentang ladang laut kita yang rindu di telan ombak, tombak-tombakmu)

sudah berapa lama waktu membangkai, ruas di ujung senja di setangkai hujan?

Masih silam nyanyikan masam lagu sama mendung dan laku menjulang

:: Rindu ?

perih semakin lirih ku dengar suaramu yang semakin samar. Wajahmu apung melayang kenang bagai cabang di pucuk camar, setiap kutatap mereka menari saling lambaikan syahdu lantunan, ada sarang rumah bagi burung-burung yang tak sangkar, tak murung.

Coba kau lihat, Padi-padi kemuning menunggu panen lalu dinikmati mati. Sementara pipit-pipit berbuka dada menggulung sisa-sisa sebutir padi, setakar beras. Rela letih, rela tertatih-tatih.

kemudian,

cobalah kau perhatikan kursi kayu dekat Telaga sana, tempat dulu kauaku selalu merapat jari-jemari, menggenggam hangat, rayu kata-kata saling terlahir, dan ikan-ikan berloncatan di dua matamu, kauaku kian membakar dindingdinding muram masam menjelang malam. Senja selalu menagih lukismu, kau lukis senja bersama aku dalam satukanvas puisi-puisimu. Aku ingat bahwa  saat itu, kau rela telanjangkan kata, melepaskan serangkai jubah beban-bebanmu yang kau kata  :

“hari ini bebanku adalah saat perpisahan kita nanti, melihat rautmu tersangkar murung. dan setiba fajar menyubuh aku akan kembali pergi berlabuh. Dan pada senja kita akan kembali bersama, dengan bebas senyummu yang semakin berpaut, dalam laut rautmu. Itulah janjiku, bukan beban bualku.”

Apa yang bisa kujawab kau memang seorang pelaut yang melaut di lautanku. Tubuhmu karang, bang. Rindumu ombak, tanpa ombak laut taklah kan menjadi laut.

Dan sekarang waktunya,

cobalah kau tatap sedalamnya hati wanita yang kaucintai melebihi dirimu sendiri. Kutebak kau takkan bisa menjawab seberapa dalamnya, seberapa terjangnya, seberapa luas, sukar tukkau menepi. Janganlah terlalu kau selami dalamnya, tapi buatlah sebuah  Perahu, sampan untuk kauaku: kita berdua. Hingga kita bisa saling menatap jujur, rasakan harpa dawai-dawai kedamaian, lengkapi perbedaan.

Kita akan belayar jauh di dalamnya..

“Aku adalah seorang pelaut yang akan setia melaut di tubuhmu yang laut..”

[]