Tag Archives: sirih

Sagule

Oleh Adhy Rical
Enam perempuan muda malam itu serentak menyebut Sagule, dukun desa Rangkaya sebagai sang Dewi atau Anawai Ngguluri. Padahal Sagule hanya berhasil menggugurkan kandungan mereka: mengusap perut dengan air ludah dan sedikit mantra. Biaya murah dan terjangkau.

***

Hanya tiga bulan, Desa Rangkaya menjadi ramai. Bukan saja perempuan yang hendak membuang bayinya datang dari desa tetangga tapi justru dari kota. Sagule makin terkenal sebab air ludahnya bisa membuat perempuan kembali perawan. Orang boleh tidak percaya tapi kedewian Sagule tak bisa terbendung lagi. Pun tak ada perempuan yang keberatan kalau Sagule meludahi kemaluan mereka. Selain ludah bercampur sirih dan asam mangga, sisa kretek tak mau kalah, masuk pula.

“Yang penting perawan”, begitulah alasannya.

***

Desa Rangkaya berubah total. Setiap rumah sudah dipasangi stiker: jadual sang Dewi, lengkap dengan tarif yang telah ditandatangi kepala desa. Bahkan, sebuah papan nama di rumah kepala desa tertulis: Menerima Aborsi.

Sagule menjadi dukun terkenal sekaligus selebritis Rangkaya. Apakah ada dukun yang bisa menyamai prestasi Sagule? Dukun yang tak pernah gagal menggugurkan kandungan. Hanya dalam tiga bulan, ia berhasil menggugurkan kandungan 351 orang. Tak ada rasa sakit apalagi darah yang menetes jika Sagule sudah membuang ludah ke lubang kelamin pasiennya.

***

Tujuh hari setelah prestasi yang wah itu, Sagule berhenti menjadi tukang ludah. Bukan karena beberapa petugas kota mulai mencarinya. Bukan karena bayaran yang tak pantas. Mungkin ada yang berpikir, Sagule patut memperoleh bayaran lebih mahal dari biasanya. Bukan!

Ia hanya ingin agar semua janin dalam perut perempuan diambil lalu dipelihara layaknya anak sendiri. Cuma itu syaratnya. “Kalau kau bersedia, temui saya di gunung Tawuna Ula!”

***

Tiga pekan setelah kepergian Sagule. Desa Rangkaya gempar. Kepala desa pun raib. Warga memberanikan diri ke gunung. Mereka hanya tertegun setelah tiba di sebuah rumah bambu sederhana. Mereka mencium bau kretek yang sangat menyengat. Sagule terbaring dengan tubuh telanjang. Kepala desa yang mereka cari terkapar di atas tubuh Sagule. Keduanya telanjang dengan tubuh penuh ulat dan lalat. Sepertinya, kedua kelamin mereka bertemu. Mungkin tak pakai ludah.

[]
Kendari, 2010



Bocah Teluk

Oleh Adhy Rical

lumpur yang menggenangi rambutmu
dari semenanjung menyala ke udara
seakan ikan menyusui pagi

pipimu cembung
ada bekas sirih mirip bibirmu
lalu empat jari kekar sebelumnya

selalu kupanggil kau lelaki air
karena begitu tangkas berenang di sesela karang
mungkin lebih mirip lumba-lumba tomia
atau lakilaponto, algojo labolontio

aku bukan lelaki air, katamu
belum bisa membikin peta di bawah pusar
apalagi sebuah perahu yang datar

petang itu kau menangis:
aku ingin seperti ibuku
menjadi perahu buat lelaki

“bu, ini tangan ayah yang tak pernah memelukmu”

Kendari, 2010